Saya
Rio Renisya, calon guru penggerak angkatan 9 dari Kabupaten Lima Puluh Kota,
berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi
di modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan
panduan pertanyaan yang ada di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Seorang
pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun
Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan
menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin
pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk
dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya. Berikutnya, sebagai bagian dari
komunitas ia turut serta menggerakkan komunitasnya untuk melaksanakan keputusan
yang telah dibuat. Pada kesempatan lain pemimpin juga menempatkan dirinya
sebagai motivator sehingga murid dan lingkungannya termotivasi untuk
melaksanakan berbagai keputusan yang telah dibuat oleh pemimpinnya.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai
kebajikan yang tertanam dalam diri kita akan muncul dalam bentuk karakter
pribadi kita. Karakter seorang pemimpin merupakan akumulasi dari kepribadian,
watak serta sifat yang dimiliki dan mengarahkannya pada kebiasaan maupun
keyakinan pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan
karakter dalam diri seseorang akan terjadi melalui proses pembelajaran
sepanjang hidupnya. Karakter seorang bukanlah bawaan sejak ia lahir, akan
tetapi terbentuk karena suatu proses pembelajaran dari lingkungan keluarga dan
orang-orang sekitar. Seseorang pemimpin yang berkarakter baik akan mampu
menghasilkan keputusan-keputusan yang baik pula. Dengan kata lain karakter
seorang pemimpin akan berbanding lurus dengan prinsip-prinsip yang akan digunakannya
dalam mengambil keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Seorang
pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan
berpedoman pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pendamping
atau fasilitastor pada kegiatan coaching
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dapat menggali potensi
CGP dalam mendapatkan alternatif opsi lainnya pada langkah investigasi trilema
sebagai opsi trilema dari kasus yang terjadi. Efektifitas dalam pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan
keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika
kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada
setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan
emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah
hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna
ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang
berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang
yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan
yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik.
Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian
dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang
memiliki integritas dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Pengambilan
keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam
kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya.
Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan
pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang
baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya
kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.
Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Tantangan
yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap
kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian kelompok yang
begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok yang cukup permisif
sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir.
Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik
sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah,
mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi
kami.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita
yang berbeda-beda?
Pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid
-murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang
berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya
masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai
perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran
yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut.
Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa
memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang
dimilikinya
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Keputusan
seorang pemimpin pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai pendidik yang
menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau
masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan
melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas
sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat
keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam
tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti
tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah
yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.
Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan
akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan
modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki
oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran
berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai
kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya
akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai
kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional
dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap
keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil
keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk
mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang
nyaman (well being).
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah
mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami
konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan
moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya
adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil
keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan
yang dibuat harus berpihak kepada murid.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi
moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di
modul ini?
Pernah,
saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian
dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan
meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku
seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan
meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan
pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan
dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan
melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam
situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah
tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.
Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak
yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu
mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja
akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat.
Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan
keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa
seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan
bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa
menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting karena modul ini memberikan
pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai
individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat
keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil
sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang
saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.